01/07/2025

Majesty.co.id

News and Value

Bupati Sidrap Setuju Gunung Latimojong Jadi Taman Nasional, Asal Tidak Rugikan Warga

2 min read
Gunung Latimojong yang mencakup wilayah Sidrap seluas 29.136,44 hektare.
Gunung Latimojong yang mencakup 4 kabupaten di Sulawesi Selatan. (Foto: Instagram/ajaak_kelana)

Majesty.co.id, Sidrap – Bupati Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, Syaharuddin Alrif alias Syahar, menyatakan setuju dengan usulan menjadikan Gunung Latimojong sebagai Taman Nasional.

Namun, Syahar menegaskan bahwa ada sejumlah catatan penting yang perlu diperhatikan, terutama terkait dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.

“Ini adalah niat yang baik, namun saya perlu menyampaikan beberapa catatan penting terkait masyarakat kami yang tinggal di kawasan hutan di dua kecamatan, yakni Pitu Riawa dan Pitu Riase,” ujar Syahar saat menjamu perwakilan tim pengusul Gunung Latimojong sebagai taman nasional di Sidrap, Kamis (22/5/2025).

Advertisement
Ikuti Saluran WhatsApp Majesty.co.id

Gunung Latimojong mencakup empat kabupaten, yakni Luwu, Sidrap, Toraja, dan Enrekang, denga total luas indikatif 84.681 hektare.

Gunung Latimojong yang mencakup Sidrap memiliki 29.136,44 hektare di tujuh desa yang tersebar di Kecamatan Pitu Riawa dan Pitu Riase.

Wilayah tersebut meliputi Tana Toro, Betao Riase, Betao, Compong, Batu, Leppangeng, dan Belawae.

“Sebelum rencana konservasi ini dilanjutkan, mohon untuk dikaji secara mendalam agar jangan sampai tujuan baik ini malah menimbulkan dampak sosial yang merugikan masyarakat,” pesan Syahar.

Ia mengatakan sering turun langsung ke desa-desa di wilayah pegunungan dan memahami kondisi masyarakat yang hidup di kawasan hutan.

“Kehidupan masyarakat di sana sudah sangat terbatas, karena status lahan mereka saat ini sebagian besar adalah hutan produksi dan hutan lindung. Jadi, mereka sulit berkembang secara sosial maupun ekonomi,” tutur Syahar.

Syahar menilai penetapan kawasan konservasi dikhawatirkan semakin mempersempit ruang hidup masyarakat dan berdampak besar terhadap kehidupan mereka.

“Kita semua sepakat pentingnya menjaga kelestarian hutan. Tapi sama pentingnya juga memperhatikan kehidupan sosial masyarakat,” ujarnya.

Ia juga berharap setiap kegiatan sosialisasi didahului dengan diskusi bersama para kepala desa.

“Saya ingin sampaikan, kalau memang konservasi ini bisa berdampingan dengan kehidupan masyarakat, kami siap mendukung. Tapi, tolong diperjelas dulu semuanya. Jangan sampai niat baik ini justru menimbulkan dampak sosial yang berat,” tegas Syahar.

Bagikan :

Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok

@majesty.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2023 © Majesty.co.id | Newsphere by AF themes.