Airlangga: Indonesia-AS Sepakat Negosiasi Tarif Trump Selama 60 Hari
2 min read
Delegasi pemerintah Indonesia bertemu dengan sejumlah pejabat Amerika Serikat untuk menegosiasikan tarif resiprokal. (Foto: Kemenko Perekonomian)
Majesty.co.id – Pemerintah Indonesia mengirim delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat untuk membahas kebijakan Tarif Resiprokal yang direncanakan AS sebesar 32 persen.
Delegasi dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
Delegasi Indonesia dijadwalkan bertemu dengan empat pejabat utama AS, yakni Secretary of State, United States Trade Representative (USTR), Secretary of Commerce, dan Secretary of Treasury.
Selain itu, pertemuan juga dilakukan dengan asosiasi usaha dan pihak swasta.
Pada Kamis (17/4/2025), Menko Airlangga bertemu dengan Ambassador Jamieson Greer (USTR) dan Howard Lutnick (Secretary of Commerce).
Pertemuan membahas langkah antisipatif terhadap pemberlakuan tarif AS terhadap Indonesia.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang diterima lebih awal oleh Pemerintah AS untuk membahas kerja sama ekonomi bilateral RI-AS dalam mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” kata Airlangga dikutip dari siaran pers Kemenko Perekonomian, Jumat (18/4/2025).
Pemerintah Indonesia mengusulkan peningkatan pembelian produk energi, pertanian, dan EPC oleh AS, serta penguatan kerja sama critical minerals.
RI juga meminta insentif bagi investasi dan kemudahan impor produk AS ke Indonesia.
Selain itu, dibahas kerja sama di sektor pendidikan, sains, ekonomi digital, dan layanan keuangan. Indonesia juga meminta tarif lebih rendah untuk ekspor produk yang tidak bersaing dengan industri AS serta penguatan rantai pasok global.
Pemerintah AS menyambut positif usulan tersebut dan menyepakati negosiasi teknis segera dimulai, dengan target penyelesaian dalam 60 hari.
“Pihak AS telah menyepakati bahwa isu kebijakan tarif dan kerja sama bilateral RI-AS akan dibahas dan diselesaikan dalam waktu 60 hari ke depan,” ujar Airlangga.
Kerja sama akan diarahkan dalam kerangka Strategic Economic Partnership, mencakup perdagangan, critical minerals, dan rantai pasok yang resilien.
Sumber: Kemenko Perekonomian
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok