Cegah Keracunan, BGN minta Pengelola Dapur MBG Jangan Lama-lama Simpan Sayur
2 min read
Ilustrasi. Anak sekolah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). (Foto: Youtube BGN)
Majesty.co.id, Makassar – Badan Gizi Nasional (BGN) mengimbau para pengelola dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk lebih cermat dalam mengolah dan menyimpan bahan, khususnya sayur sebelum didistribusikan kepada penerima.
Peringatan BGN disampaikan sebagai upaya mencegah keracunan MBG serta memastikan makanan yang dikonsumsi siswa tetap higienis dan aman.
Deputi Bidang Penyediaan dan Penyaluran BGN, Suardi Samiran, menekankan bahwa pengelola dapur MBG harus mengikuti standar higienis yang ketat.
“Wajib higienis, wajib sehat dan makanan tidak boleh disimpan terlalu lama terutama sayur,” ujar Suardi saat sosialisasi penjamah menu MBG di Hotel Myko Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (22/11/2025).
Jenderal pensiunan TNI itu menjelaskan, sayuran yang disimpan terlalu lama dapat menghasilkan zat nitrit yang berbahaya bagi kesehatan.
“Karena bisa menghasilkan netrit, tidak boleh diolah asal-asalan, pengolahan harus tepat, tidak boleh diolah dan disimpan lama,” katanya.
Kegiatan sosialisasi tersebut menyasar para relawan yang bertugas sebagai juru masak di dapur MBG se-Sulsel.
Suardi menjelaskan bahwa para penjamah makanan terdiri dari relawan yang direkrut khusus, dibantu tenaga ahli seperti ahli gizi, petugas accounting, dan kepala SPPG.
“Penjamah ini adalah relawan yang direkrut untuk menjadi juru masak. Ada ahli gizi di dalam yang mengatur tentang kecukupan gizinya, ada accounting yang mengatur tentang neraca pembelanjaan dan penerimaan keuangan dan ada kepala SPPG. Itu yang dilatih,” paparnya.
Dalam pelatihan tersebut, peserta diajarkan mematuhi seluruh standar operasional prosedur (SOP) MBG mulai dari penyiapan bahan mentah, pemasakan, hingga pemorsian dan pendistribusian makanan.
Suardi menekankan bahwa pemahaman para penjamah MBG terhadap SOP sangat penting untuk memastikan pendistribusian makanan berjalan sesuai aturan.
“Harus mengikuti aturan yang sudah ditentukan dalam pelatihan kegiatan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa aspek higienitas dan kecukupan gizi adalah prioritas utama. Kelalaian dalam pengolahan makanan dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi para konsumen.
Selain relawan juru masak, kegiatan ini juga melibatkan para ahli gizi yang bertugas memastikan kecukupan gizi setiap hidangan, serta petugas accounting yang mengatur neraca belanja dan penerimaan keuangan.
Penulis: Suedi
