Tumpahan Minyak PT Vale Masih Cemari Sungai, Telan Korban 2 Ekor Sapi
3 min read
Kolase foto. Seekor sapi ditemukan mati di dekat sungai yang menyimpan endapan minyak PT Vale Indonesia. (Foto: Istimewa)
Majesty.co.id, Makassar – Tumpahan minyak PT Vale Indonesia Tbk di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, masih membawa dampak serius terhadap lingkungan. Terbaru, minyak yang mengendap di aliran sungai dilaporkan mematikan hewan.
Informasi ini mencuat setelah beredar rekaman video yang menampilkan satu ekor sapi mati diduga usai meminum air sungai yang tercemar minyak PT Vale.
Peristiwa tersebut dibenarkan oleh warga setempat, Hamrullah. Kepada Majesty.co.id, peristiwa itu terjadi di Pos 7 tumpahan minyak PT Vale.
Lokasinya berada di Desa Langkea Raya berbatas Desa Matompi dan Desa Timampu pada Selasa (18/11/2025).
Ia menyebut, sudah dua ekor sapi yang mati diduga meminum air sungai tercemar minyak PT Vale.
“Jadi dua mi sapi korban di sini di pos 7,” ujar Hamrullah dalam rekaman video kepada Majesty.co.id, Jumat (21/11/2025).
Hamrullah mengungkapkan tumpahan minyak dari PT Vale hingga saat ini masih bermunculan di sungai. Apalagi setelah hujan.
Di pos 7 misalnya, minyak pekat berwarna hitam yang mengendap di sungai, akan keluar setelah tanah ditusuk.
“Hampir, hampir banyak sekali mengendap, karena itu tidak berhenti. Yang kalau ini sampai ke 3 meter kedalamannya, sama ditusuk saja turun 3 meter muncul semua minyak (naik ke permukaan),” ujarnya.
Menurut Hamrullah, kematian hewan ternak harus menjadi perhatian serius holding BUMN MIND ID tersebut.
Di sisi lain kata Hamrullah, aparat seharusnya memasang garis polisi di wilayah yang diketahui masih menyimpan endapan minyak. Tapi itu tidak dilakukan pasca 88 hari tumpahan minyak PT Vale.
“Nah, makanya saya bilang, karena tidak adanya garis polisi atau papan bicara bahwa area ini, area berbahaya, radiasi dari sungai ini, tidak boleh ada orang ke sana,” katanya.
“Yang menjadi persoalan selama ini karena pemerintah, saya anggap gagal dalam sebagai kontrol sosialnya juga ini, untuk bagaimana pertanggung jawabannya ini pihak perusahaan,” tutur Hamrullah.
Di sisi lain, Hamrullah bersama warga lainnya sudah menyampaikan kepada Penegak Hukum Kementerian Lingkungan Hidup agar tumpahan minyak PT Vale ditindak tegas.
Namun hingga kini, suara masyarakat Towuti belum ditindak lanjuti. “Sudah kita sampaikan tapi belum ada tindak lanjut,” kata Hamrullah.
Head of Corporate Communications PT Vale Indonesia, Vanda Kusumaningrum, belum menjawab permintaan wawancara Majesty terkait endapan minyak yang membunuh hewan ternak.
Seperti diketahui, kebocoran pipa minyak PT Vale terjadi pada 23 Agustus 2025. Tumpahan minyak mencemari sungai hingga berdampak pada lima desa di Towuti.
Data pemerintah mencatat, tumpahan minyak PT Vale mencemari 82 hektare area persawahan, tambak dan lahan produktif lainnya. Satwa juga ditemukan mati berlumur minyak hitam.
PT Vale mengklaim kualitas air di wilayah sekitar tetap aman, serta pemulihan berjalan secara terukur, transparan dan dapat diaudit publik.
Hal ini sesuai hasil uji terbaru dari sampel air yang diambil pada 5 Oktober 2025 oleh DRRC Universitas Indonesia (UI).
Penulis: Suedi
