Tupperware Tutup Bisnisnya di Indonesia Setelah 33 Tahun
2 min read
Ilustrasi produk Tupperware. (Foto: Instagram/tupperwareid)
Majesty.co.id – Setelah 33 tahun menjadi bagian dari kehidupan rumah tangga masyarakat Indonesia, Tupperware Indonesia resmi menghentikan seluruh operasional bisnisnya.
Keputusan tersebut diumumkan melalui akun Instagram resmi perusahaan pada Sabtu (13/4/2025), menyusul kebangkrutan global yang melanda induk perusahaannya, Tupperware Brands Corporation.
“Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa Tupperware Indonesia secara resmi telah menghentikan operasional bisnisnya sejak 31 Januari 2025,” tulis perusahaan dalam unggahan Instagram @tupperwareid.
Keputusan ini bukan hanya berdampak di Indonesia, tetapi juga merupakan bagian dari restrukturisasi global Tupperware di sejumlah negara.
Sejumlah cabang Tupperware di berbagai negara juga terpaksa tutup akibat tekanan finansial yang tak terhindarkan.
Utang Rp214 Triliun
Tupperware Brands Corporation, yang bermarkas di Orlando, Florida, resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan atau Chapter 11 pada 16 September 2024, dengan total utang mencapai US$ 818 juta atau sekitar Rp214 triliun.
Perusahaan juga menyatakan niat untuk mencari pembeli dalam kurun waktu 30 hari sebagai bagian dari penyelamatan aset.
Sayangnya, rencana tersebut ditentang oleh tiga pemberi pinjaman utama yaitu Alden Global Capital, Stonehill Institutional Partners, dan Bank of America.
Ketiganya mengambil langkah agresif dengan memblokir akses Tupperware ke rekening bank senilai US$ 7,4 juta dan mengajukan mosi untuk mengubah status kebangkrutan menjadi likuidasi di bawah Chapter 7.
Jika dikabulkan, langkah ini akan memungkinkan penyitaan aset Tupperware tanpa proses kebangkrutan yang panjang.
Perusahaan pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada konsumen dan seluruh pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan bisnis mereka di Indonesia.
“33 tahun bukanlah waktu yang singkat. Dalam kurun waktu itu, Tupperware telah menjadi bagian dari dapur, meja makan, dan momen berharga keluarga Indonesia,” lanjut pernyataan mereka.
Model Bisnis Usang
Para analis menyebut kegagalan Tupperware berakar pada ketidakmampuannya beradaptasi dengan era digital.
Model penjualan langsung, yang menjadi andalan sejak awal, dinilai tak lagi relevan bagi generasi muda yang lebih memilih kenyamanan berbelanja lewat e-commerce.
Perubahan pola konsumsi ini menekan permintaan terhadap produk-produk Tupperware secara global, memperburuk situasi keuangan yang memang sudah rentan akibat tingginya utang dan biaya operasional.
Dengan berakhirnya kiprah Tupperware di Indonesia, sebuah era pun resmi ditutup.
Peristiwa ini menjadi pengingat keras bagi industri ritel dan produsen barang rumah tangga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen digital.
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok