03/10/2025

Majesty.co.id

News and Value

Dewan sebut Atlet Sulsel pindah ke Jatim karena Tak Dihargai, Singgung Bonus PON

4 min read
DPRD menilai, Rahmat Erwin pindah ke Jatim tidak lepas dari minimnya perhatian Pemprov Sulsel atau Dinas Pemuda dan Olahraga terkait kesejahteraan atlet.
Kolase foto. Anggota Komisi E DPRD Sulsel Achmad Fauzan Guntur dan lifter Sulsel peraih medali Olimpiade, Rahmat Erwin. (Foto: Humas Sekretariat DPRD Sulsel/Instagram/rahmaterwin_)

Majesty.co.id, Makassar – Anggota Komisi E DPRD Sulsel Achmad Fauzan Guntur merespons keputusan atlet angkat besi Rahmat Erwin Abdullah dan Ade Rifky pindah membela Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Rahmat Erwin yang meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo, pindah membela Jatim karena merasa tidak berkembang selama membela Sulsel.

Achmad Fauzan Guntur menilai atlet Sulsel yang pindah ke provinsi lain berada dalam kondisi dilema seperti Rahmat Erwin.

Pada satu sisi ingin membawa harum daerahnya, namun di sisi lain tidak dihargai oleh daerah asalnya.

Advertisement
Ikuti Saluran WhatsApp Majesty.co.id

“Itu dilemanya, satu sisi dia mau bawa harum nama daerahnya, tapi daerahnya tidak menghargai keringat atletnya,” kata Fauzan Guntur kepada Majesty, Jumat (3/10/2025).

Fauzan berpendapat, Rahmat Erwin pindah ke Jatim tidak lepas dari minimnya perhatian Pemprov Sulsel atau Dinas Pemuda dan Olahraga terkait kesejahteraan atlet.

Apalagi, di mata Fauzan Guntur, atlet sekelas Rahmat Erwin sudah harus memikirkan masa tuanya.

“Dia juga butuh kesejahteraan, karena kalau dia atlet, ada usia produktif yang harus dia pakai untuk kumpul tabungan, untuk bikin usaha atau persiapan masa tuanya,” kata Fauzan Guntur.

Berkaca pada Bonus Atlet


Soal minimnya perhatian Pemprov Sulsel kepada atlet, Anggota Fraksi PPP asal Sinjai ini berkaca dari rendahnya bonus atlet Sulsel yang meraih medali PON Aceh-Sumut.

Bonus atlet Sulsel berprestasi di PON Aceh-Sumut dibayarkan jauh dari ketentuan peraturan gubernur (Pergub) Sulsel.

Atlet dijanji bonus medali emas Rp200 juta, perak Rp150 juta dan perunggu Rp100 juta. Jumlah itu sesuai bonus PON Papua 2021.

Namun, Dispora Sulsel hanya bisa membayar bonus 61 medali atlet PON sejumlah Rp6,7 miliar.

“Jangankan mau dibayar mahal, dibayar sesuai pergub saja sudah syukur. Waktu RDP [rapat dengar pendapat] lalu mereka tidak minta dibayar seperti provinsi lain yang tinggi,” ungkap Fauzan.

Bagi Fauzan, hal ini tentu dapat mendorong atlet Sulsel pindah ke provinsi lain karena alasan prestasi tak dihargai setimpal.

“Mereka cuma minta dibayar sesuai pergub itu sudah bentuk kecintaannya sama kampung halaman, toh apa daya kondisi keuangan provinsi katanya tidak mampu,” katanya.

Untuk itu, Fauzan menilai, keputusan atlet untuk pindah membela provinsi lain merupakan hak yang harus dihormati.

“Kalau menurut hemat kami, setiap prestasi yang diburu ada harganya mulai dari kebutuhan nutrisi sampai kesejahteraan. Atletnya kalau mereka dihargai secara intensif pasti juga mereka akan mati-matian berjuang,” tandas Fauzan.

Diberitakan sebelumnya, Rahmat Erwin dan koleganya, Ade Rifky memutuskan pindah atau mutasi ke Pemprov Jatim untuk membela daerah tersebut pada PON NTT-NTB.

Rahmat Erwin maupun Ade Rifky telah mengajukan permohonan mutasi ke Jatim.

Surat permohonan mutasi tersebut telah disampaikan kepada Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Sulsel.

Kepindahan keduanya bertujuan mencari tantangan baru sekaligus meningkatkan kualitas karier dan prestasi olahraga.

Dalam suratnya, Rahmat, Ade Rifky, dan pelatih mereka, Erwin Abdullah, secara jelas menyampaikan alasan keputusan tersebut. Rahmat merasa ingin berkembang sehingga bergabung ke Jatim.

“Adapun alasan kami mengajukan mutasi adalah agar kami dapat berkembang dan meningkatkan prestasi serta masa depan yang lebih baik lagi,” tulis Rahmat dalam keterangan tertulis, Kamis (2/10/2025).

Rahmat, peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020, menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan selama membela Sulsel.

Sekretaris Umum Pengprov PABSI Sulsel, Attock Suharto mengatakan, hengkangnya dua lifter tersebut menjadi kehilangan besar bagi Sulsel.

“Dengan pindahnya atlet dan pelatih angkat besi itu, maka Sulsel tentu sangat kehilangan. Terutama menghadapi PON NTT-NTB dipastikan Sulsel kehilangan 3 emas (karena ada aturan baru PON), yang sebelumnya di Aceh-Sumut hanya 1 emas,” pungkasnya.

Hingga berita ini ditayangkan, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sulsel Suherman memilih bungkam. Permintaan wawancara tak digubris.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2023 © Majesty.co.id | Newsphere by AF themes.