11/12/2025

Majesty.co.id

News and Value

WALHI Sulsel: Proyek 1 Juta Hektare Sawit Ancam Lingkungan dan Gerus Kakao

3 min read
Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin menyebut ekspansi perkebunan sawit mengancam ruang hidup masyarakat wilayah sulawesi.
Diskusi publik WALHI Sulsel tentang ancaman perkebunan sawit dan tambang yang digelar di Kota Makassar, Rabu (10/12/2025). (Foto: Majesty.co.id/Suedi)

Majesty.co.id, Makassar – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyoroti rencana pemerintah memperluas perkebunan sawit menjadi satu juta hektare. Hal ini dinilai berpotensi memicu pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM.

Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amin menyebut ekspansi perkebunan sawit akan memicu penggundulan hutan secara massif, hingga memicu dampak lingkungan serius.

“Dua hal sebenarnya kita soroti pada hari ini di peringatan Hari HAM Internasional. Pertama, rencana ekspansi sawit 1 juta hektare yang masih digagas oleh pemerintah baik pusat maupun provinsi. Kami menganggap itu masih ada dan masih mengancam tatanan kehidupan masyarakat Sulsel dan Sulawesi pada umumnya,” ujar Amin dalam diskusi di Kopi Tiam, Jalan Hertasning, Kota Makassar, Rabu (10/12/2025).

WALHI melihat bahwa rencana pemerintah ekspansi besar-besaran terhadap perkebunan sawit bukan hanya mengundang bencana alam.

Advertisement
Ikuti Saluran WhatsApp Majesty.co.id

Tetapi juga hanya menimbulkan konflik sosial dan kekerasan HAM pada masyarakat terdampak.

Selain ekspansi sawit, Al Amin juga menyinggung ancaman serius dari pertambangan nikel dan emas yang kian masif.

Ia mengungkapkan perusahaan-perusahaan pemegang konsesi tambang mulai mengajukan pinjaman perbankan untuk menggarap bisnis ekstraktif.

“Bahkan yang anehnya, daerah-daerah yang dulunya tidak ada konsesi malah sekarang ada konsesi,” kata Amin.

Khusus di Sulsel, Amin menyebut, ekspansi sawit dan tambang juga secara serius menyasar kebun-kebun kakao milik masyarakat.

Kebun kakao selama ini merupakan sumber penghidupan utama warga di berbagai daerah, khususnya di wilayah utara Sulsel seperti di Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur.

“Kalau ekspansi ini tidak dicegah, tidak diminimalisir, tidak dikontrol, maka kebun-kebun coklat milik rakyat juga akan tergusur,” beber Amin.

Tinggalkan Tambang-Sawit, Maksimalkan Kakao


Sebagai alternatif, WALHI mengusulkan pengembangan perkebunan kakao sebagai komoditas unggulan bernilai tinggi.

Usulan ini muncul setelah kunjungan lapangan ke sejumlah daerah seperti di Luwu Utara.

Al Amin menilai kakao telah lama menjadi identitas dan tulang punggung perekonomian masyarakat Sulsel.

Ia khawatir program hilirisasi sawit dan ekspansi tambang justru akan menghilangkan identitas tersebut.

Meskipun sawit memiliki ketersediaan pasar yang lebih dibandingkan kakao, tapi lebih mendatangkan mudarat bagi manusia.

“Memang pasar sawit lebih tersedia, tetapi itu bukan jaminan bahwa kesejahteraan rakyat bisa terwujud,” katanya lagi.

“Menurut saya ini malah menghilangkan identitas Sulawesi Selatan dan menghancurkan perekonomian masyarakat di level yang paling rendah,” katanya.

Dalam diskusi publik yang diselenggarakan Walhi ini menghadirkan dua narasumber diantaranya Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Idham Lahasang, dan Direktur Eksekutif Sawit Watch, Achmad Surambo.


Penulis: Suedi

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2023 © Majesty.co.id | Newsphere by AF themes.