Kasus HIV-AIDS di Makassar Meningkat, Didominasi Hubungan Sesama Laki-Laki
2 min read
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nursaidah Sirajuddin. (Foto: Majesty.co.id/Suedi)
Majesty.co.id, Makassar – Jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengalami peningkatan pada tahun 2025 menurut Dinas Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin, mengungkapkan bahwa mayoritas penularan HIV-AIDS disebabkan oleh hubungan seksual sesama jenis.
“Kalau kita melihat dari kondisi, terjadi kenaikan karena utamanya dari lelaki suka lelaki, itu yang paling banyak,” ujar Nursaidah saat ditemui di Balai Kota Makassar, pada Rabu (17/9/2025).
Tiga puskesmas saat ini ditunjuk untuk melayani pemeriksaan dan penanganan pasien HIV-AIDS.
Lokasinya adalah Puskesmas Kassi-Kassi, Jumpandang Baru, dan Jongaya. Layanan HIV-AIDS ini telah berjalan sejak tahun 2021 dengan dukungan pendanaan khusus.
“Memang kita sudah sejak tahun 2021 di-support untuk pendanaan di tiga puskesmas yang melayani pelayanan terkait dengan HIV,” tambahnya.
Layanan di puskesmas tersebut dirancang khusus untuk menjaga privasi pasien.
Pasien HIV-AIDS tidak melalui alur layanan umum dan memiliki tempat tertentu. Setiap puskesmas menangani sekitar 500 pasien.
Puskesmas Jumpandang Baru mencatat jumlah pasien tertinggi, yakni sekitar 600 orang.
Puskesmas Kassi-Kassi memiliki angka sedikit di bawahnya, sedangkan Puskesmas Jongaya mencatat angka yang lebih rendah.
Dinas Kesehatan Makassar berencana menamnah satu puskesmas lagi untuk memperluas jangkauan layanan.
Kebijakan ini memudahkan masyarakat yang sebelumnya hanya bisa berobat ke RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
“Karena kita bersama di awal-awal itu sebelum ada layanan yang langsung ke puskesmas, pasien-pasien HIV itu di handle-nya di RS Wahidin,” katanya.
Hanya saja data pasti total kasus tahun 2025 belum disampaikan oleh Kadis Kesehatan Makassar tersebut.
Untuk diketahui, HIV adalah virus yang menular melalui kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina yang terinfeksi.
Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Penanganan medis dan dukungan psikososial sangat penting bagi para penderitanya.
Penulis: Suedi
