(OPINI) Lapangan Kerja dan Generasi Z: Kreativitas sebagai Mata Uang Baru di Era Digital
2 min read
Ilustrasi Gen Z dan Peluang Kerja. (Foto: AI Dell-A/ChatGPT)
Makassar, sebuah kota yang kian bertumbuh sebagai pusat ekonomi di kawasan timur Indonesia, kini menjadi panggung utama bagi Generasi Z dalam menapaki masa depan.
Anak-anak muda kelahiran akhir 1990-an hingga awal 2010-an itu, tumbuh di tengah derasnya arus digitalisasi.
Mereka akrab dengan gawai sejak belia, menjadikan internet bukan sekadar ruang hiburan, melainkan juga ladang belajar, berekspresi, bahkan mencari nafkah.
Namun, di balik kemudahan akses informasi, Generasi Z di Kota Makassar menghadapi tantangan besar: lapangan kerja yang tak lagi bergantung pada ijazah semata, melainkan pada kreativitas dan keterampilan (skill) yang relevan dengan zaman.
Di era digital, pekerjaan konvensional perlahan bertransformasi. Perbankan, perdagangan, bahkan birokrasi kini menuntut SDM yang mampu menguasai teknologi, berpikir kritis dan beradaptasi dengan cepat.
Sayangnya, banyak lulusan muda di Makassar masih terjebak pada pola pikir bahwa kuliah otomatis menjamin pekerjaan tetap.
Realitasnya, lowongan kerja formal tidak sebanding dengan laju pertumbuhan angkatan kerja muda.
Di titik inilah kreativitas menjadi “mata uang baru”.
Generasi Z yang mampu mengasah kemampuan digital marketing, desain grafis, konten kreator, hingga keahlian teknis seperti coding dan analitik data, akan jauh lebih kompetitif.
Banyak di antara mereka mulai membangun bisnis online, menjual karya kreatif, hingga merintis startup lokal.
Inilah bukti bahwa semangat wirausaha mulai tumbuh dari tangan-tangan muda Makassar.
Namun, tantangan lain tak kalah besar: konsistensi dan mentalitas.
Generasi Z dikenal adaptif, tapi juga mudah jenuh. Tidak sedikit yang berganti-ganti arah hanya karena tren, alih-alih menekuni keterampilan hingga matang.
Di sinilah peran pemerintah, akademisi, dan dunia industri untuk memberi ruang lebih luas: pelatihan berbasis skill, inkubator bisnis, serta jejaring kolaborasi yang bisa menyalurkan energi kreatif anak muda agar tak padam.
Makassar memiliki modal kuat—bonus demografi, ekosistem digital yang tumbuh, serta kultur masyarakat yang dinamis.
Jika generasi mudanya mampu mengelola kreativitas sebagai kekuatan, maka keterbatasan lapangan kerja formal bukan lagi masalah, melainkan peluang untuk menciptakan pekerjaan baru.
Karena di era digital, pekerjaan bukan lagi tentang “siapa yang melamar”, tetapi “siapa yang mampu menciptakan solusi”. Dan Generasi Z di Makassar punya kesempatan emas untuk membuktikan hal itu.
Penulis: Aromi Sirajuddin (Barly)
*) Semua isi opini ini di luar tanggung jawab redaksi Majesty.co.id
