Israel Rudal Tenda Jurnalis di Gaza, 5 Wartawan Tewas
3 min read
Anas al-Sharif melaporkan untuk Al Jazeera sebelum dibunuh pasukan militer Israel. (Foto: Media Sosial X/AnasAlsharif0)
Majesty.co.id – Jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif, tewas bersama empat rekannya dalam serangan rudal Israel terhadap tenda yang menampung awak media di Kota Gaza, Palestina, pada Senin (11/8/2025) dini hari wita.
Jurnalis Anas al-Sharif tewas dalam serangan Israel yang terjadi di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa. Rudal Zionis menewaskan tujuh orang termasuk 5 wartawan tersebut.
Selain al-Sharif, korban termasuk koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa.
Al-Sharif, koresponden Al Jazeera Arab berusia 28 tahun, dikenal luas karena liputannya dari Gaza utara.
Sesaat sebelum terbunuh, ia menulis di X (Twitter) bahwa Israel melancarkan pemboman intens dan terkonsentrasi—dikenal sebagai “sabuk api”—di bagian timur dan selatan Kota Gaza.
Dalam video terakhirnya, dentuman keras pengeboman terdengar jelas
“Pengeboman tanpa henti… Selama dua jam terakhir, agresi Israel terhadap Kota Gaza semakin intensif,” cuit Al-Sharif dengan akun @AnasAlsharif0.
Dalam pesan terakhirnya yang ditulis 6 April dan diminta dipublikasikan jika ia meninggal, al-Sharif menulis:
“Merasa kepedihan itu dalam setiap detailnya, merasakan kesedihan dan kehilangan berulang kali,” tulis al-Sharif.
“Meskipun demikian, saya tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa distorsi atau misrepresentasi, dengan harapan Tuhan akan menyaksikan mereka yang tetap diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, dan mereka yang mencekik napas kami.”
“Bahkan tubuh anak-anak dan perempuan kami yang hancur pun tidak menggerakkan hati mereka atau menghentikan pembantaian yang telah dialami rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun.”
Al Jazeera Media Network mengecam keras pembunuhan tersebut, menyebutnya sebagai “serangan terang-terangan dan terencana lainnya terhadap kebebasan pers.”
“Serangan ini terjadi di tengah konsekuensi bencana dari serangan Israel yang terus-menerus terhadap Gaza, yang telah mengakibatkan pembantaian warga sipil tanpa henti, kelaparan yang dipaksakan, dan pemusnahan seluruh komunitas,” tulis pernyataan itu.
“Perintah untuk membunuh Anas Al Sharif, salah satu jurnalis paling berani di Gaza, dan rekan-rekannya, merupakan upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana perebutan dan pendudukan Gaza.”
Militer Israel mengonfirmasi pihaknya memang menargetkan al-Sharif karena menuduh sang jurnalis memimpin sel Hamas dan terlibat dalam serangan roket terhadap warga sipil dan pasukan Israel.
Zionis mengklaim memiliki dokumen yang membuktikan keterlibatannya.
Namun, analis Euro-Med Human Rights Monitor, Muhammed Shehada, membantah tuduhan tersebut.
“Tidak ada bukti sama sekali bahwa al-Sharif terlibat dalam permusuhan apa pun. Seluruh rutinitas hariannya adalah berdiri di depan kamera dari pagi hingga malam,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023, Israel kerap menuduh jurnalis Palestina sebagai anggota Hamas, yang menurut kelompok hak asasi manusia merupakan upaya mendiskreditkan liputan terkait pelanggaran Israel.
Data menunjukkan, lebih dari 200 wartawan dan pekerja media tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, termasuk sejumlah jurnalis Al Jazeera dan keluarga mereka.
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok