02/07/2025

Majesty.co.id

News and Value

Rektor UIN Alauddin Pantas Dikritik karena Uang Palsu: Pengawasan Lemah, Bisanya Salahkan Bawahan

4 min read
Qasim menilai Rektor UIN Alauddin Hamdan Juhannis sebagai pemimpin hanya punya dua pilihan yaitu jadi kesatria atau pengecut
Gedung rektorat UIN Alauddin di Samata, Gowa. (Foto: Majesty/Suedi)

Majesty.co.id, Gowa – Kritik terhadap Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Hamdan Juhannis terus berdatangan pasca terkuaknya percetakan uang palsu dari kampus Kementerian Agama tersebut.

Kini, Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Qasim Mathar kembali mengkritik minimnya pengawasan Hamdan Juhannis, terkait produksi uang palsu yang terjadi di kampus tersebut.

Menurut Qasim, lemahnya pengawasan Hamdan terlihat dari bagaimana sebuah mesin seberat 2,5 ton dapat masuk dan diletakkan di teras gedung perpustakaan kampus 2 UIN Alauddin tanpa terdeteksi pihak keamanan kampus.

Advertisement
Ikuti Saluran WhatsApp Majesty.co.id

“Bagaimana mungkin mesin sebesar dan seberat itu bisa luput dari perhatian? Mesin itu dibiarkan di teras perpustakaan tanpa ada satupun petugas keamanan yang memerhatikannya,” ujar Qasim dalam keterangan tertulis kepada Majesty, Sabtu (28/12/2024).



Qasim menjelaskan bahwa tanggung jawab sering kali dilemparkan kepada pihak bawah tanpa ada pengakuan dari pimpinan.

“Saya menyebut sekuriti, karena jika disebut pejabat atasan mereka atau bahkan pejabat lebih tinggi, tanggung jawabnya akan dengan mudah dibebankan kepada bawahan,” tegasnya.

Kelalaian Rektor


Qasim menilai kelalaian Rektor Hamdan Juhannis terbukti saat kasus sindikat uang palsu UIN Alauddin dibongkar oleh pihak kepolisian.

Ia menyebut bahwa tanpa adanya pengungkapan kasus oleh aparat, Hamdan kemungkinan besar akan tetap tidak peduli terhadap kejadian tersebut.

Qasim menyesalkan sikap Hamdan yang merasa tidak bertanggung jawab atas perbuatan pejabatnya.

“Tidak seorang pun akan berkata jujur bahwa kejahatan yang terjadi adalah tanggung jawabnya. Kelalaian rektor terlihat jelas karena ia baru mengetahui kasus yang sudah lama berlangsung itu setelah diberi tahu oleh polisi,” ujarnya.



Dari sudut pandang kepemimpinan, lanjut Qasim, rektor UIN Alauddin layak dikritik karena dianggap abai terhadap tugas pengawasan di kampus.


Hamdan Juhannis (tengah) bersama sejumlah pejabat UIN Alaudddin. (Foto: Official UIN Alauddin)

Bahkan, ia menyebut bahwa desakan agar Hamdan mengundurkan diri adalah bentuk tanggung jawab moral atas kelalaiannya.

“Tanpa pemberitahuan polisi, rektor akan tetap tidak peduli. Dalam perspektif kepemimpinan, sikap ini pantas dikritik,” katanya.

Qasim juga menilai pengunduran diri bisa menjadi bukti bahwa seorang pemimpin berani mengakui kesalahannya.

“Jika rektor mundur, itu menunjukkan keberanian dan kejujuran dalam mengambil tanggung jawab. Sebaliknya, jika ia terus menyalahkan bawahan dengan dalih oknum, itu mencerminkan sikap pengecut,” tegasnya.

Kepemimpinan: Kesatria atau Pengecut


Lebih lanjut, Qasim menjelaskan bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dinilai dari dua sisi: kesatria atau pengecut.

“Mundur dalam situasi seperti ini mencerminkan sikap ksatria, sementara menyalahkan bawahan menunjukkan sifat pengecut,” pungkasnya.

Qasim mengingatkan bahwa tanggung jawab seorang pemimpin adalah mengambil alih kesalahan, bukan mengalihkan beban kepada bawahan.

Ia mengimbau agar Rektor Hamdan Juhannis menunjukkan sikap kepemimpinan yang bertanggung jawab dan berani mengakui kekurangan dalam pengawasan kampus.

Dibela Menteri Agama


Meski menuai kritik dari berbagai pihak, Menteri Agama Nasaruddin Umar tetap memuji Hamdan
karena dianggap bertindak cepat dalam menindak Andi Ibrahim selaku otak percetakan uang palsu.

“Alhamdulillah, Rektor sangat proaktif. Langsung mengambil tindakan tegas dengan memecat oknum tersebut tanpa hormat,” kata Nasaruddin Umar dikutip dari laman Kemenag, Minggu (29/12/2024).



Akan tetapi, Nasaruddin Umar merasa perbuatan Andi Ibrahim mencetak uang palsu di UIN Alauddin telah mencemarkan almamater kampusnya tersebut.

“Kasus ini mencoreng nama almamater saya juga. Oleh karena itu, saya minta tindak tegas,” katanya.

Hamdan sendiri memilih bungkam pasca menyampaikan pernyataan pers di Polres Gowa pada Kamis, 19 Desember 2024.

Hamdan pada kesempatan tersebut mengaku marah karena perbuatan kepala perpustakaan UIN Alauddin, Andi Ibrahim, yang mencetak uang palsu di kampus.

“Selaku pimpinan tertinggi di UIN Alauddin, saya marah, saya malu, saya tertampar. Setengah mati kami membangun kampus, membangun reputasi bersama pimpinan. Dalam sekejap, semuanya dihancurkan oleh tindakan tidak bertanggung jawab,” ujarnya dengan nada emosional.

Hamdan juga menegaskan bahwa UIN Alauddin akan mengambil langkah tegas terhadap kedua oknum yang terlibat.

“Setelah semua jelas, kedua oknum yang terlibat dari kampus kami akan langsung kami berhentikan dengan tidak hormat,” katanya.


Penulis: Suedi

Bagikan :

Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok

@majesty.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright 2023 © Majesty.co.id | Newsphere by AF themes.