(OPINI) Sumpah Pemuda 2025: Bukan Melawan Penjajah tapi Koruptor dan Oligarki
3 min read
Ibnu Hajar Yusuf. (Foto: Istimewa)
Rasa muak yang kini tumbuh di kalangan pemuda bukan sekadar luapan emosi, tetapi refleksi dari meningkatnya kesadaran akan pentingnya akuntabilitas dan integritas di tubuh pemerintahan dan elit politik Indonesia.
Di era keterbukaan informasi seperti sekarang, jurang antara perilaku mewah sebagian elit dengan kondisi rakyat kecil tampak semakin lebar.
Ketika masyarakat berjuang dengan harga kebutuhan yang terus meningkat, segelintir pejabat justru memamerkan kemewahan dan gaya hidup yang berlebihan.
Kritik terhadap alokasi sumber daya yang tak merata — bahkan disebut hanya “0,1% yang benar-benar sampai ke rakyat” — menjadi simbol kuat dari seruan untuk transparansi anggaran dan efektivitas program pembangunan.
Pemuda menuntut agar setiap rupiah dari APBN benar-benar digunakan untuk kepentingan publik, bukan memperkaya diri atau kelompok tertentu.
Apresiasi terhadap Figur Berintegritas dan Gaya Kepemimpinan Baru
Di tengah rasa kecewa terhadap perilaku elit, muncul pula apresiasi terhadap figur-figur pemimpin yang dinilai berintegritas.
Dukungan terhadap Presiden Prabowo Subianto dalam upaya pemberantasan korupsi, serta penghargaan terhadap Menteri Keuangan Purbaya Yudha Sadewa, mencerminkan kerinduan pemuda terhadap sosok pemimpin yang tulus, tegas, dan otentik dalam bekerja.
Gaya kepemimpinan yang “santai, tegas, terarah, dan tuntas” serta “natural, lurus, dan ikhlas” menjadi simbol harapan baru: pemimpin yang bekerja dengan hati, bukan sekadar bermain citra.
Ini sekaligus menjadi antitesis terhadap politik gaya lama — politik penuh “drama” dan “omon-omon” yang hanya mementingkan pencitraan tanpa hasil nyata bagi rakyat.
Ketika pemuda menyatakan diri siap memotong mata rantai koruptor dan oligarki, itu sejatinya adalah manifestasi modern dari semangat Sumpah Pemuda.
Jika pada 1928 perjuangan pemuda diarahkan untuk melawan penjajahan fisik, maka pada abad ke-21 ini perjuangan mereka beralih melawan penjajahan gaya baru: korupsi, ketidakadilan ekonomi, dan kesenjangan sosial.
Tujuan akhirnya jelas: Indonesia yang maju tanpa sekat, ekonominya sehat, dan rakyatnya sejahtera.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025: Keluar dari Gaya Lama
Semangat Sumpah Pemuda hari ini harus dimaknai sebagai pemberontakan moral terhadap status quo yang selama ini menghambat kemajuan bangsa.
“Ketika seseorang berkata jujur dan benar apa adanya, lalu membuat tersinggung sebagian orang, itu penanda bahwa kita terlalu lama hidup dalam kubangan kebohongan atau kepalsuan.”
Ungkapan ini menjadi cambuk bagi bangsa untuk berani keluar dari “kebohongan kolektif” — yaitu praktik korupsi dan nepotisme yang selama ini dianggap biasa atau bahkan wajar.
Sumpah Pemuda masa kini harus diwujudkan dalam dua hal utama:
1. Revolusi Mental dalam Bekerja
Meninggalkan birokrasi yang lamban dan berbelit, serta memprioritaskan hasil nyata di atas laporan formalitas. Integritas harus menjadi nilai tak tergantikan dalam setiap jabatan publik.
2. Keberanian Berinovasi
Menggunakan teknologi dan pendekatan baru untuk memastikan transparansi dan efisiensi agar setiap kebijakan dan anggaran benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat.
Catatan untuk Kabinet Merah Putih
Pesan sederhana namun dalam untuk para menteri Kabinet Merah Putih perlu diingat:
“Bekerjalah untuk rakyat, bangsa, dan negara dengan tulus tanpa pamrih. Sebab pengabdian adalah ruang kehormatan tertinggi bagi setiap insan yang mencintai negerinya. Namamu akan dikenang bukan karena kemewahan, tetapi karena karya dan ketulusanmu.”
Inilah esensi tertinggi jabatan publik — bukan sebagai sarana mengejar kekuasaan atau kekayaan, melainkan sebagai panggung pengabdian bagi bangsa.
Semoga semangat ini terus menyala di dada setiap pemuda Indonesia.
Bahwa Sumpah Pemuda bukan sekadar teks sejarah, melainkan janji berkelanjutan untuk menjaga kejujuran, memperjuangkan keadilan, dan menegakkan martabat bangsa.
Penulis oleh: Ibnu Hadjar Yusuf
Ketua Umum Pemuda PERTI Sulawesi Selatan
*) Semua isi opini ini di luar tanggung jawab redaksi Majesty.co.id
