CATATAN DARI DEBAT KANDIDAT: Untuk Bupati Luwu Terpilih 2025-2030
8 min read
Oleh: Buhari Kahar Muzakkar
Proses dan euforia perjalanan Pilkada Luwu tahun 2024 yang diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Luwu, masing-masing paslon nomor urut 1 Agussalim-Erwin Barabba, paslon nomor 2 Patahuddin-Dhevy Bijak dan paslon nomor 3 Arham Basmin Mattayang-Rahmat, saat ini memasuki tahapan hari tenang.
Saya mengikuti acara debat calon Bupati Luwu yang dilaksanakan dua kali melalui siaran langsung kanal TV live streaming. Melalui media ini, saya ingin memberikan catatan-catatan terkait jalannya debat serta menyoroti tantangan Kabupaten Luwu ke depan.
Dua Permasalahan Serius Kabupaten Luwu
Kabupaten Luwu saat ini menghadapi dua permasalahan serius: Pertama, tingginya jumlah penduduk miskin. Kedua, bencana banjir yang sering terjadi.
Pada acara debat calon Bupati Luwu, sangat disayangkan bahwa Tim Panelis yang menyusun pertanyaan kepada semua calon, ternyata tidak menyiapkan kisi-kisi materi debat yang terkait dengan kedua problem diatas secara lebih mendalam.
Kalaupun hal itu dianggap sudah ada, cermatan saya hanya bersifat umum, pertanyaan yang bisa juga digunakan untuk daerah lainnya, tidak lebih spesifik untuk Kabupaten Luwu.
Dan pada sesi tanya-jawab antar calon, dua pokok masalah di atas juga tidak menjadi materi pertanyaan antar calon secara mendalam.
Pertama: Penduduk Miskin di Luwu
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2024, persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Luwu mencapai 11,70 persen menempatkannya pada urutan ketiga terbesar di Sulawesi Selatan, setelah Kabupaten Pangkep dan Jeneponto.
Sebelumnya, lima tahun lalu, Kabupaten Luwu masih berada di posisi kelima di Sulawesi Selatan. Jumlah penduduk miskin di Luwu mencapai 44.539 jiwa dari total penduduk sebanyak 380.679 jiwa.
Ironisnya, meskipun Kabupaten Luwu dikenal sebagai daerah dengan sumber daya alam yang kaya, persentase penduduk miskinnya tergolong tinggi.
Dalam acara debat calon Bupati Luwu, sejatinya ada pertanyaan kepada masing-masing paslon bagaimana strategi programnya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Luwu, tetapi sayangnya materi ini tidak muncul didalam acara debat calon.
Dengan jumlah anggaran APBD Kabupaten Luwu setiap tahunnya yang terbatas untuk mengerjakan banyak agenda, sehingga diperlukan strategi program yang lebih tepat untuk dapat menurunkan angka kemiskinan ini.
Terkait hal ini, kita patut mencermati daerah-daerah di Sulawesi Selatan yang mencatatkan jumlah penduduknya yang kategori miskin cukup kecil, sebagai bahan analisis perbandingan.
Ada dua daerah yang layak dicermati, yaitu Kabupaten Sidrap dan Pinrang. Kedua daerah yang relatif berdekatan dengan Kabupaten Luwu yang potensi utama daerahnya adalah sektor pertanian, sebagaimana juga halnya dengan Kabupaten Luwu dan kedua daerah tersebut disematkan sebagai kabupaten lumbung pangan nasional.
Kabupaten Sidrap dengan areal persawahan seluas 89.100 Ha dan lahan perkebunan rakyat seluas 9.735 Ha, jumlah penduduk sebanyak 330.198 jiwa, dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 5,02 persen dari total penduduk (Maret, 2024).
Sidrap tercatat sebagai kabupaten dengan angka kemiskinan terendah di Sulawesi Selatan. Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kab Sidrap, yang bekerja disektor pertanian sebesar 28,31 persen, sektor manufaktur sebesar 20,11 persen dan sektor jasa sebesar 51,58 persen.
Kemudian Kabupaten Pinrang dengan areal persawahan seluas 77.790 Ha dan lahan perkebunan rakyat seluas 34.235 Ha, jumlah penduduk sebanyak 419.340 jiwa dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 8,55 persen dari total penduduk (Maret, 2024).
Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kabupaten Pinrang, yang bekerja di sektor pertanian sebesar 44,90 persen, sektor manufaktur sebesar 22,39 persendan sektor jasa sebesar 32,71 persen.
Selanjutnya kita lihat bagaimana dengan Kabupaten Luwu. Areal persawahan Kabupaten Luwu seluas 52.849 Ha, dan lahan perkebunan rakyat seluas 43.283 Ha, jumlah penduduk 380.679 jiwa, dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 11,70 persen.
Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kabupaten Luwu, yang bekerja disektor pertanian sebesar 56,53 persen, sektor manufaktur sebesar 10,61 persen dan sektor jasa sebesar 32,87 persen.
Membaca data ketiga daerah tersebut di atas, pada dua daerah yaitu Sidrap dan Pinrang dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian kurang dari 50 persen, tercatat angka kemiskinan penduduknya dibawah 10 persen.
Bahkanx Kabupaten Sidrap dengan angka kemiskinan 5,02 persen, pendudukunya sudah lebih banyak yang bekerja di sektor jasa dan perdagangan walaupun daerah ini berbasis pertanian.
Sementara Kabupaten Luwu dengan penduduk yang bekerja disektor pertanian di atas 50 persen, mencatat angka kemiskinan yang diatas 10 persen.
Data ini bisa ditafsirkan bahwa secara rata-rata, harapan untuk bisa hidup lebih sejahterah dengan bekerja di sektor pertanian masih begitu berat. Ini disebabkan karena penerapan teknologi di sektor pertanian yang masih terbatas dan kepemilikan lahan bagi petani pada skala marjinal.
Jadi dari pendekatan struktur lapangan pekerjaan penduduk di atas, agenda untuk penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Luwu adalah bagaimana mengurangi jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan mendorong peningkatan lapangan kerja di sektor jasa dan manufaktur.
Kemudian program unggulan apa yang relevan dengan hal tersebut di atas? Hemat saya yang pertama, adalah peningkatan dan perbaikan prasarana jalan secara merata pada seluruh wilayah Kabupaten Luwu.
Dengan kondisi jalan yang lebih baik akan terjadi pergerakan barang dan manusia dengan lebih lancer dan akan membuka peluang usaha pada titik-titik pertumbuhan baru.
Yang kedua, penggunaan mesin-mesin alat pertanian (Alsintan) secara maksimal dan penerapan teknologi budidaya yang lebih maju pada tanaman perkebunan untuk lebih meningkatkan produksi pertanian.
Yang ketiga, memanfaatkan potensi Teluk Bone tidak semata di bidang perikanan, tetapi juga sebagai jalur lalu lintas barang keluar masuk di Kabupaten Luwu, dengan mengupayakan dermaga pelabuhan laut di Belopa bisa berfungsi normal dan pelabuhan ini bisa menjadi pintu keluar produksi beras untuk sasaran Indonesia Timur.
Dari program unggulan yang saya maksud di atas, dalam acara debat calon Bupati Luwu yang lalu, untuk program unggulan pertama, saya menyimak sejalan dengan prioritas program dari salah satu paslon.
Untuk program unggulan kedua dan ketiga di atas, pada acara debat tersebut tidak ada paslon yang menyinggungnya.
Ada Paslon yang lebih memprioritaskan pada agenda pemberian pupuk gratis, tentu saja program ini akan memberi dampak pada peningkatan produksi pertanian, tetapi tidak cukup signifikan dapat menggeser struktur lapangan kerja penduduk.
Kabupaten Luwu patut bersyukur dengan kehadiran 2 industri tambang besar, yaitu Bumi Mineral Sulawesi sebagai perusahaan pemurnian biji nikel yang berlokasi di Kecamatan Bua dan Masmindo sebagai perusahaan tambang emas di Latimojong.
Kehadiran dua perusahaan tambang ini secara makro akan memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Luwu ke depan.
Dari kedua perusahaan tersebut, saya melihat kehadiran PT. BMS yang akan lebih memberi efek pada peningkatan pendapatan masyarakat setempat seiring dengan program pemerintah pusat dalam hilirisasi pada tambang nikel.
Untuk perusahaan tambang emas di Latimojong saya masih sulit memprediksi bagaimana perjalanannya ke depan.
Kedua: Ancaman Bencana Banjir di Luwu
Bencana banjir yang disertai lumpur tebal yang belakangan ini sering terjadi di Kabupaten Luwu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan adanya ikutan lumpur yang tebal itu mengindikasikan bahwa kondisi di hulu sungai sudah bermasalah.
Dalam acara debat calon itu, masing-masing Paslon menyampaikan pandangannya terkait strategi penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Luwu. Paslon nomor 1, menyampaikan pentingnya penanaman pohon dan penghijauan di tepi/bantaran aliran sungai. Paslon nomor 2 menyampaikan perlu penataan tanaman di wilayah hulu sungai dengan penanaman pohon-pohon durian.
Paslon nomor 3 menyampaikan perlunya upaya metigasi bencana dan pengendalian tambang illegal di hulu sungai.
Pandangan yang disampaikan masing-masing aslon di atas dalam hemat saya, terlalu sederhana untuk agenda pengendalian bencana banjir di Kabupaten Luwu yang cukup berpotensi bisa terjadi banjir bandang dalam skala besar yang lebih dahsyat.
Penting untuk dipahami bahwa wilayah Luwu Raya pada umumnya memiliki curah hujan tertinggi di Sulawesi Selatan, dalam kategori tipe A. Di wilayah pegunungan menjadi pusat gumpalan awan basah, karena suhu udaranya yang lebih dingin sehingga lebih sering terjadi hujan.
Suatu hasil penelitian dari Tim ahli lingkungan yang melakukan penelitian di Gunung Latimojong pada bulan Juni 2024 yang lalu, menginformasikan bahwa lapisan permukaan di Gunung Latimojong ini cendrung rapuh.
Jadi ketika terjadi hujan dalam volume besar akan sangat berpotensi terjadi banjir yang disertai lumpur dari tanah longsoran.
Tapi ancaman bencana banjir di Kabupaten Luwu ke depan tidak cukup dilihat karena faktor alam semata, yang lebih serius mesti dicermati ke depan adalah seperti apa dampak kerusakan lingkungan yang akan terjadi dengan adanya aktifitas pertambangan skala besar.
Yaitu penambangan emas yang terletak di hulu sungai utama yaitu Sungai Suso/Sungai Bajo, yang sepanjang bantaran sungainya adalah daerah pemukiman penduduk dan areal persawahan.
Dalam pandangan saya, secara ekologis betapa riskannya penambangan emas skala besar di hulu sungai besar itu.
Tuhan menganugerahi Gunung Latimojong itu berisi emas, itu adalah wujud berkah dan untuk mengambil emasnya dari perut bumi harus dengan hati dan pikiran yang bijak, jika serakah maka berkah itu bisa berubah jadi murka.
Pesan untuk Pemilih
Dalam konteks pilkada ini, harapan saya kiranya Bupati yang terpilih dan memimpin daerah Luwu ke depan kiranya dapat menjaga jarak secara proporsional dengan pihak korporate, jangan “berselingkuh” terlalu dalam dengan pihak penambang, karena dibanyak daerah aktifitas penambangan emas sering menimbulkan masalah dengan masyarakat lokal.
Tinggal hitungan jam dilaksanakan pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Luwu. Pesan saya kepada segenap keluarga dan masyarakat Luwu, jadilah pemilih yang bermartabat, yaitu memilih calon bukan karena dikasih duit, agar yang terpilih adalah pemimpin yang diridhoi dan diberkati Allah SWT, sebab jika yang terpilih itu tidak diridhoi Allah SWT akan terjadi bencana bertubi-tubi di daerah tersebut.
Semoga bermanfaat.
Makassar, 24 November 2024.
*) Semua isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok