Bincang Pertarungan Sulsel: Ada Kandidat “Lebay”, Juga Amran-RMS Harusnya Maju Pilgub
4 min read
Ngopi Sore Pilkada 2024 yang digelar Komunitas Jurnalis Politik di Lapak Kopi Abangda, Makassar, Sabtu (22/6/2024). (Foto: Majesty/Arya)
Majesty.co.id, Makassar – Sejumlah bakal calon gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Pilkada 2024 dianggap bersikap “lebay” atau berlebihan dalam menentukan langkah politiknya.
Penilaian itu datang dari Chief Executive Officer atau CEO PT Duta Politika Indonesia, Dedi Alamsyah Mannaroi dalam acara “Ngopi Sore” Pilkada 2024 yang digelar Komunitas Jurnalis Politik (KJP).
Dedi menyebut sikap lebay bakal calon gubernur Sulsel salah satunya ditampilkan dalam gaya komunikasi politik. Seperti pernyataan menunggu “perintah istana” untuk maju pilkada atau tidak.
“Ini ada kandidat kenapa lebay sekali, kenapa harus tunggu-tunggu perintah istana untuk maju. Kenapa harus menunggu presiden? Kenapa kita di Sulsel mau diatur-atur orang di luar sana,” ujar Dedi Alamsyah di Lapak Kopi Abangda, Jalan Letjen Hertasning, Makassar, Sabtu (22/6/2024).
Menurut Dedi, sikap demikian menujukkan kandidat cagub Sulsel 2024 kehilangan kepercayaan diri. Hal itu, kata mantan jurnalis ini, tidak mencerminkan sikap pemberani laki-laki bugis.
Dedi memberikan contoh sikap lelaki bugis pemberani ada pada sosok Syahrul Yasin Limpo (SYL). Pada Pilgub Sulsel 2007, SYL dianggap berani melawan Amin Syam meski saat itu hanya berstatus wakil gubernur.
“Sepertinya Sulsel kehilangan jati diri, kehilangan keberaniaannya. Coba lihat SYL, saat itu berani melawan pak Amin Syam sebagai petahana dan melawan SBY. Padahal Amin Syam ini gubernur hasil pemilihan di DPRD loh, ketua Golkar yang berkuasa saat itu,” jelas Dedi.
Kalau Jago Ikut Pilgub Sulsel
Di tempat yang sama, analis politik, hukum dan keamanan Arqam Azikin, menyentil Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang dinilai ikut “cawe-cawe” terkait Pilgub Sulsel 2024.
Arqam Azikin berpendapat, idealnya Amran Sulaiman ikut mengajukan diri sebagai bakal calon gubernur Sulsel ketimbang adiknya, Andi Sudirman Sulaiman.
Jika Amran maju hingga memenangkan pertarungan, maka Ia laik disebut sebagai orang “jago”. Begitu juga Ketua DPW Partai Nasdem Sulsel, Rusdi Masse atau RMS yang lebih memilih mendorong istrinya, Fatmawati Rusdi sebagai bakal calon wakil gubernur.
“Kalau menurut saya, kalau mau fair ini proses politik di Sulsel, maka maju Amran sebagai calon gubernur, maju RMS jadi calon gubernur, baru dilihat mana yang jago. Maju DP (Danny Pomanto), nah ini baru seru, maju AIA (Andi Iwan Aras),” ujar Arqam.
“Kan cuma empat calon gubernur ini kalau partai cukup seperti pilgub kemarin. Tidak akan lima (calon),” sambung Arqam.
Selain itu, Arqam menyebut Amran Sulaiman bukan sosok “king maker” atau penentu urusan Pilgub Sulsel 2024. Sebab ia bukan ketua partai di level provinsi.
“King maker itu ketua partai yang lima besar di DPRD. Amran itu bukan king maker, menteri itu jabatan politik yang suatu saat bisa diganti oleh presiden,” jelas akademisi bergelar doktor ini.
Senada dengan Arqam, jurnalis senior Fachruddin Palapa berpendapat, figur yang akan maju Pilgub Sulsel maupun kandidat kepala daerah di tingkat kabupaten kota akan ditentukan elite politik yang berasal dari daerah ini.
Fachruddin menyebut sejumlah nama elite parpol yang merupakan putra asal Sulsel. Mereka antara lain ada RMS hingga Nurdin Halid sebagai Wakil Ketua Umum DPP Golkar.
“Sekarang sudah banyak elite sulsel yang menjadi penentu di pusat. Seperti RMS, kan beliau juga Ketua OKK Nasdem. Di PPP ada pak Amir Uskara, di Golkar ada Nurdin Halid,” kata Fachruddin.
Soal ada kandidat Pilgub Sulsel menunggu restu istana, Fachruddin berpendapat bahwa hal itu merupakan bentuk kehati-hatian. “Banyak yang ragu, ada yang memunggu resyu istana. Saya kira itu bentuk kehati-hatian,” pungkas Fachruddin.
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok