Mahasiswa FISIP Unhas Olah Pangan Lokal Gowa-Maros Jadi Produk Bermerek
3 min read
Kegiatan pameran produk lokal mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unhas. (Foto: Ist)
Majesty.co.id, Makassar — Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar pameran produk kewirausahaan berbasis produk lokal.
Pameran ini merupakan bagian dari tugas mahasiswa Unhas dalam mata kuliah Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat Departemen Ilmu Pemerintahan.
Kegiatan tersebut dibimbing oleh tim dosen pengampu yaitu Rabina Yunus, Dr. Irwan Ade Saputra dan Zulham Arief di Pelataran FISIP Unhas, Tamalanrea, Kota Makassar, Selasa (18/11/2025).
Pameran menjadi puncak pembelajaran yang menggabungkan teori perkuliahan dengan praktik pendampingan lapangan.
Empat kelompok mahasiswa menampilkan produk olahan berbasis potensi lokal dari empat desa di Kabupaten Gowa dan Maros.
Satu di antaranya adalah Purple Puff Roll atau Lumpia ubi ungu, Desa Bontoala, Kabupaten Gowa
Kemudian Brixcel.Co yang merupakan briket tempurung kelapa ramah lingkungan dari Desa Panciro, Kabupaten Gowa.
Selain itu ada Bontaste. Ini adalah Abon Ikan Nila khas Makassar, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.
Satu lainnya yaitu Payapure.id. Ini adalah selai pepaya organik, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros
Selain menghasilkan produk, mahasiswa juga melakukan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat desa mulai dari pengolahan bahan, manajemen usaha, hingga strategi pemasaran.
Sebelum terjun ke lapangan, mereka telah mengikuti pembekalan terkait kewirausahaan, teori pemberdayaan masyarakat, konsep SDGs, dan pendekatan pemasaran.
FISIP Unhas berharap kegiatan ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi penguatan ekonomi desa sekaligus menghadirkan pengalaman belajar langsung bagi mahasiswa terkait dinamika pemberdayaan masyarakat.
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan sekaligus Ketua Kelas Mata Kuliah Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat, Joaquin Farrell Mantino, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari materi pembelajaran yang dikembangkan menjadi program praktik lapangan.
Menurut Joaquin, pameran empat produk — abon ikan nila, selai pepaya, lumpia ubi ungu, dan briket — menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk memperkenalkan inovasi tiap kelompok, menguji respons pasar, serta mengasah kemampuan branding, promosi, dan komunikasi.
Ia mengatakan bahwa respons masyarakat selama kegiatan cek lokasi sangat positif.
“Produk pangan dinilai menarik dan mencerminkan identitas kuliner lokal, sementara briket mendapat apresiasi karena menghadirkan solusi pemanfaatan limbah tempurung kelapa menjadi energi alternatif ramah lingkungan,” kata Joaquin dalam keterangan tertulis, Kamis (20/11/2025).
Joaquin menambahkan bahwa kegiatan ini bukan program rutin, melainkan proyek pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mata kuliah. Meski demikian, program dapat berlanjut bila dibutuhkan.
Ia juga menjelaskan bahwa pemilihan empat desa dilakukan berdasarkan potensi lokal yang beragam, kesiapan masyarakat untuk dibina, serta kesesuaian karakteristik desa dengan jenis produk yang dikembangkan mahasiswa.
Pertimbangan aksesibilitas dan dukungan mitra lokal turut memastikan pendampingan berjalan efektif.
