Dinas Kebudayaan Makassar Apresiasi Festival Kue Bulan Marga Thoeng
3 min read
Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Syahruddin Sahabuddin pada Festival Kue Bulan atau Mid Autumn Festival di Makassar, Senin (6/10/2025). (Ist)
Majesty.co.id, Makassar – Dinas Kebudayaan Kota Makassar menunjukkan komitmennya dalam menjaga keberagaman dan pelestarian warisan budaya dengan menghadiri Festival Kue Bulan (Mid Autumn Festival) yang digelar oleh Yayasan Thoeng Abadi di Rumah Abu Marga Thoeng, Jalan Sulawesi, Makassar, Senin (6/10/2025).
Bangunan bersejarah yang telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2022 itu, hingga kini terus menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat keturunan Tionghoa di Makassar.
Acara berlangsung meriah dan penuh kehangatan, dihadiri Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Syahruddin Sahabuddin beserta staf dari Bidang Cagar Budaya.
Dalam sambutannya, Syahruddin menyampaikan apresiasi tinggi terhadap Yayasan Thoeng Abadi yang dinilai konsisten menjaga nilai-nilai tradisi leluhur sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.
“Atas nama Kepala Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Andi Patiware kami menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap kegiatan ini. Rumah Abu Marga Thoeng bukan hanya tempat bersejarah, tetapi juga simbol keberagaman yang hidup di Kota Makassar.
Pemerintah Kota melalui Dinas Kebudayaan tentu sangat mendukung setiap kegiatan yang memperkuat identitas budaya masyarakat, terutama di bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya,” ujar Syahruddin.
Sementara itu, Ketua Yayasan Thoeng Abadi, Harry Kumala, menjelaskan bahwa perayaan Kue Bulan merupakan tradisi leluhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, sekaligus menjadi momentum mempererat hubungan sosial di tengah masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, Yayasan Thoeng Abadi juga memberikan penghargaan kepada siswa Marga Thoeng berprestasi, sebagai bentuk motivasi bagi generasi penerus yang membawa semangat luhur para pendahulu.
Harry menuturkan, perayaan Kue Bulan atau Mid Autumn Festival memiliki sejarah panjang sejak masa Dinasti Qing sekitar 2.500 tahun sebelum masehi, dan mulai dikenal luas di kalangan masyarakat umum pada masa Dinasti Tang.
“Awalnya tradisi ini hanya dilakukan di lingkungan istana dan kalangan bangsawan sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan rasa syukur atas hasil panen. Namun, seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi perayaan rakyat yang sarat makna spiritual dan kebersamaan,” jelas Harry.
Ia juga menambahkan, perayaan Kue Bulan tidak lepas dari legenda klasik tentang Dewi Cang Ngeng (Chang’e) yang dipercaya bersemayam di bulan bersama seekor kelinci.
Kisah ini melambangkan cinta, kesetiaan, dan pengorbanan, sekaligus menjadi simbol harapan dan ketulusan yang menerangi kehidupan manusia di bumi.
Melalui kegiatan budaya ini, Yayasan Thoeng Abadi berharap generasi muda dapat mengenal dan memahami makna luhur di balik tradisi tersebut, sebagai bagian dari identitas budaya yang perlu dijaga dan diteruskan di tengah kehidupan modern.
Dinas Kebudayaan Kota Makassar menegaskan komitmennya untuk terus mendukung setiap kegiatan pelestarian budaya yang tumbuh dari masyarakat, sebagai wujud nyata semangat Makassar yang unggul, inklusif, dan berkelanjutan.
