Bulog Sulselbar Klaim Harga Beras Mahal karena Isu Oplosan dan SPHP
3 min read
Ilustrasi. Harga beras beragam di Pasar Sungguminasa, Kabupaten Gowa. (Foto: Majesty.co.id/Suedi)
Majesty.co.id, Makassar – Kepala Kantor Wilayah Perum Bulog Sulselbar, Fahrurozi mengklaim ada empat faktor yang menyebabkan lonjakan harga beras. Salah satunya isu beras oplosan.
“Saat ini harga beras memang mengalami kenaikan cukup signifikan. Kami identifikasi ada empat faktor utama penyebabnya,” ujar Fahrurozi setelah Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi B DPRD Sulsel di Kantor DPRD Sulsel, Kota Makassar, Rabu (6/8/2025).
Faktor pertama beras mahal menurut Bulog, adalah berakhirnya masa panen raya.
Sebagai salah satu lumbung beras nasional, Sulsel baru akan memasuki musim panen berikutnya pada Agustus hingga September mendatang.
“Panen besar sudah selesai. Stok dari panen terakhir masih tersisa, tapi suplai dari petani mulai menurun. Kami harap panen Agustus bisa menstabilkan harga kembali,” jelasnya.
Faktor kedua adalah munculnya isu-isu sensitif termasuk dugaan beras oplosan, yang menimbulkan dampak psikologis di kalangan pelaku usaha.
“Ada ketakutan dari produsen atau distributor. Mereka jadi ragu menyalurkan beras karena khawatir terseret isu hukum. Ini mengganggu distribusi di beberapa jalur,” katanya.
Faktor ketiga adalah distribusi program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang belum menjangkau wilayah pedesaan secara merata.
“Distribusi SPHP belum tembus ke lapisan paling bawah. Karena itu kami gandeng TNI dan Polri untuk perluas jangkauan,” ujar Fahrurozi.
Bulog akan melibatkan Polsek, Koramil, Kodim, dan Polres untuk mendistribusikan beras SPHP dengan harga terjangkau kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kualitas Beras Terganggu Faktor Teknis
Faktor keempat adalah persoalan daya tahan dan kualitas beras sebagai komoditas mudah rusak (perishable goods).
Meskipun Bulog mencatat cadangan beras sebanyak 505 ribu ton di Sulsel, kualitas tetap menjadi perhatian.
“Stok kami cukup untuk 50 bulan. Tapi beras ini tidak tahan selamanya. Idealnya maksimal dua tahun jika disimpan dengan baik. Setelah itu mutu bisa menurun,” jelasnya.
Ia menambahkan, kualitas beras sangat bergantung pada kelembapan dan suhu penyimpanan di gudang.
Bahkan dalam kondisi rumah tangga, beras yang disimpan selama tiga bulan pun bisa menurun mutunya jika tidak diperhatikan.
“Beras supermarket saja kalau disimpan tiga bulan di rumah bisa turun mutunya. Apalagi kalau gudang tidak ideal. Ini yang kami waspadai agar kualitas tetap terjaga saat didistribusikan,” ujar Fahrurozi.
Menutup penjelasannya, Fahrurozi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan pembelian secara berlebihan.
Ia menegaskan bahwa pemerintah melalui Bulog terus melakukan berbagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan beras di pasaran.
Temukan konten menarik lainnya, follow Tiktok