Legislator Deng Ical fasilitasi Jaringan Starlink di Selayar, Tanpa Biaya Setahun
3 min read
Kolase foto. Anggota DPR RI Syamsu Rizal alias Deng Ical dan perangkat jaringan internet Starlink. (Foto: Majesty.co.id/Arya/Istimewa)
Majesty.co.id, Makassar – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKB, Syamsu Rizal MI alias Deng Ical, menjelaskan alasan penggunaan layanan internet Starlink untuk mendukung konektivitas di wilayah terdepan, tertinggal, terluar atau 3T di Sulawesi Selatan.
Deng Ical mengungkapkan bahwa hingga kini masih terdapat sejumlah titik 3T di Sulsel yang belum terlayani jaringan internet secara memadai, termasuk di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Menurutnya, penyediaan konektivitas sebenarnya menjadi tugas satelit Satria-1 melalui layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT).
“VSAT itu memang diperuntukkan bagi program 3T untuk konektivitas. Namun belum semuanya bisa terlayani karena keterbatasan suprastruktur seperti antena, BTS mini, listrik, dan lain-lain. Karena itu, untuk beberapa lokasi kita membawa Starlink,” ujar Deng Ical saat diwawancarai di kantor DPC PKB Makassar, Kamis (4/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa Starlink digunakan sebagai solusi sementara sambil menunggu kesiapan perangkat VSAT di sejumlah daerah.
Salah satu daerah yang telah menerima pemasangan Starlink adalah Kabupaten Kepulauan Selayar, khususnya di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, seperti Pulau Jampea dan Pulau Tinabo.
“Starlink ini relatif lebih kuat secara perangkat dan lebih independen. Contohnya di Selayar, kita bawa ke Taman Nasional Taka Bonerate yang lebih strategis untuk pengembangan pariwisata,” kata Deng Ical.
“Kalau menunggu kesiapan VSAT, kadang bisa sampai tahun depan, sementara kita ingin percepatan,” kata Deng Ical.
Gratis untuk Satu Tahun
Menurutnya, lima unit Starlink yang telah terpasang seluruhnya berada di Selayar.
Perangkat tersebut selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dioptimalkan dan dilakukan assessment.
Tahun pertama, penggunaan Starlink tidak dipungut biaya karena seluruh biaya operasional ditanggung penyedia.
“Untuk Starlink sendiri, program bantuannya tidak berbayar selama satu tahun. Biayanya ditanggung oleh pihak operasional. Mudah-mudahan sebelum diserahkan ke mekanisme pasar, pemerintah sudah bisa melayani. Itu target kita,” jelasnya.
Selain Starlink, pemerintah juga menyiapkan perluasan jaringan VSAT. Untuk Sulsel, telah dialokasikan 31 titik, dan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan dijadwalkan terpasang total 211 titik VSAT.
Jika kemudian masih ada wilayah yang belum terjangkau, pemerintah akan mencari alternatif lain, termasuk satelit Low Earth Orbit (LEO) hasil lelang nasional.
“Kalau masih ada wilayah yang tidak terjangkau VSAT padahal sudah 211 titik, maka blank spot atau wilayah sinyal lemah akan dicari alternatif lain. Bisa saja dengan satelit LEO. Selama pemerintah belum bisa menjamin konektivitas publik, kita harus mencari alternatif,” tambahnya.
Deng Ical menegaskan bahwa orientasi utama dari seluruh langkah tersebut adalah menjamin keterjangkauan internet bagi masyarakat, terutama di wilayah yang sangat bergantung pada konektivitas untuk mendukung layanan publik, ekonomi, dan pariwisata.
“Yang penting adalah bagaimana konektivitas bisa menjangkau seluruh masyarakat. Alasan memilih Selayar karena wilayah itu belum bisa dilayani jaringan yang ada, padahal aktivitas ekonomi dan pariwisata harus tetap berjalan,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa tidak tertutup kemungkinan penggunaan perangkat komersial lain selain Starlink, termasuk program yang berasal dari Telkom atau kementerian terkait.
Menurutnya, semua lembaga yang menangani konektivitas telah disatukan untuk membagi peran agar pelayanan jaringan tetap merata di seluruh daerah.
